Mungkin pernah terbetik di dalam benak kita,
kenapa kita yang seorang muslim hidupnya jauh lebih sengsara, ketimbang mereka
yang hidup di dalam kekafiran. Padahal seorang muslim hidup di atas keta’atan
menyembah Allah ta’ala, sedangkan orang kafir hidup di atas kekufuran kepada
Allah. Berikut ini adalah riwayat mengenai Sahabat Umar bin Al-Khattab
radhiyallahu ‘anhu.
Kisah berikut termuat dalam kitab Tafsir Surat
Yasin karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah. Suatu hari ‘Umar
mendatangi rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau sedang tidur di
atas dipan yang terbuat dari serat, sehingga terbentuklah bekas dipan tersebut
di lambung beliau.
Tatkala ‘Umar melihat hal itu, maka ia pun
menangis. Nabi yang melihat ‘Umar menangis kemudian bertanya, “Apa yang engkau
tangisi wahai ‘Umar?” ‘Umar menjawab, “Sesungguhnya bangsa Persia dan Roma
diberikan nikmat dengan nikmat dunia yang sangat banyak, sedangkan engkau dalam
keadaan seperti ini?”
Nabi pun mengatakan, “Wahai ‘Umar,
sesungguhnya mereka adalah kaum yang Allah segerakan kenikmatan di kehidupan
dunia mereka.”
Di dalam hadits ini menunjukkan bahwa
orang-orang kafir disegerakan nikmatnya oleh Allah di dunia, dan boleh jadi itu
adalah istidraj dari Allah. Namun apabila mereka mati kelak,
sungguh adzab yang Allah berikan sangatlah pedih. Dan adzab itu semakin
bertambah tatkala mereka terus berada di dalam kedurhakaan kepada Allah ta’ala.
Maka sungguh Allah telah memberikan kenikmatan yang banyak kepada kita, dan
kita lupa akan hal itu, kenikmatan itu adalah kenikmatan Islam dan Iman.
Sungguh kenikmatan di dunia, tidaklah bernilai
secuil pun dibanding kenikmatan di akhirat.
Mari kita bandingkan antara dunia dan akhirat,
dengan membaca sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Demi Allah!
Tidaklah dunia itu dibandingkan dengan akhirat, kecuali seperti salah seorang
dari kalian yang mencelupkan jarinya ke lautan. Maka perhatikanlah jari
tersebut kembali membawa apa?” (HR. Muslim)
Lihatlah, dunia itu jika dibandingkan dengan
akhirat hanya Nabi misalkan dengan seseorang yang mencelupkan jarinya ke
lautan, kemudian ia menarik jarinya. Perhatikanlah, apa yang ia dapatkan dari
celupan tersebut. Jari yang begitu kecil dibandingkan dengan lautan yang begitu
luas, mungkin hanya beberapa tetes saja. Hadits di atas juga menunjukkan
bahwa perhatiannya ‘Umar kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
tidak tega, hingga menangis melihat kondisi Nabi yang terlihat susah, sedangkan
orang-orang kafir hidup di dalam kenikmatan dunia.
Sebagai penutup tulisan ini, akan saya
petikkan kisah seorang hakim dari Mesir, beliau adalah Al-Hafizh Ibnu Hajr.
Suatu hari Ibnu Hajr melewati seorang Yahudi yang menjual minyak zaitun, yang
berpakaian kotor, dan Ibnu Hajr sedang menaiki kereta yang ditarik oleh
kuda-kuda, yang dikawal oleh para penjaga di sisi kanan dan kiri kereta.
Kemudian Yahudi tersebut menghentikan kereta beliau dan berkata, “Sesungguhnya
Nabi kalian telah bersabda, ‘Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan Surga
bagi orang kafir. Engkau adalah Hakim Agung Mesir. Engkau dengan rombongan
pengawal seperti ini, penuh dengan kenikmatan, sementara aku di dalam
penderitaan dan kesengsaraan.”
Ibnu Hajr rahimahullah menjawab, “Aku dengan
nikmat dan kemewahan yang aku rasakan ini dibandingkan dengan kenikmatan di
Surga adalah penjara. Ada pun engkau dengan kesengsaraan yang engkau rasakan,
dibandingkan dengan adzab yang akan engkau rasakan di Neraka dalah Surga. Orang
Yahudi itu lalu berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah
kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah.” Masuk Islam lah orang
Yahudi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar